Warga Desa Melati II Perbaungan  Ekspor 100.000 Ekor Lipan Kenegara Vietnam

×

Warga Desa Melati II Perbaungan  Ekspor 100.000 Ekor Lipan Kenegara Vietnam

Bagikan berita
Warga Desa Melati II Perbaungan  Ekspor 100.000 Ekor Lipan Kenegara Vietnam
Warga Desa Melati II Perbaungan  Ekspor 100.000 Ekor Lipan Kenegara Vietnam

Sergai, Kongkrit.com—Keluarga Ricky Santri Kurniawan (21)warga  Dusun Belimbing Desa Melati II Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai) Kecamataan Perbaungan, salah satu Keluarga yang mengolah lipan (Kelabang) untuk menambah penghasilan keluarga tersebut. Rabu (28/8/2019).Keluarga tersebut memperkerjakan sebanyak 10 orang pada usaha pengolahan Lipan tersebut, 

Dan sejak dari pagi hingga sore harinya mereka bekrerja  di rumah keluarga Ricky Santri Kurniawan tersebut, bahkan hasil pengolahan Lipan tersebut mereka ekspor ke luar Daerah, bahkan Lipan kering mereka ekspot hingga ke Mancanegara.Hampir 10.000 ekor lipan yang mereka oleh dan proses, setiap hari untuk siap di Ekspor, pungkas Ricky.

Beliau juga mengatakan bahws proses pengolahan lipan dimulai dengan pencucian ribuan lipan. Setiap ekor lipan diukur panjangnya untuk dikelompokkan sesuai permintaan pembeli. Ukuran ideal 10 hingga 15 centimeter dan lebar 1 hingga 1,5 centimeter. Kemudian lipan ditusuk pada bagian kepala dan ekornya dengan potongan pelepah kelapa sawit. Seperti  sate, lipan yang telah ditusuk disusun berbaris dalam keranjang pengasapan. di atas tungku berbahan bakar sabut kelapa, sate lipan diasapi sebanyak 12 keranjang hingga kering. Dibutuhkan waktu sekitar empat jam untuk memperoleh lipan kering siap ekspor. Setelah diasapi lipan akan tahan disimpan selama 4 sampai 5 bulan.

Ricky mengatakan bahwa  Usaha tersebut sudah berjalan selama  30 yang telah dirintis oleh Kedua orang Tuanya yang kini telah tiada.dan sejak Empat tahun lalu mereka atas nama keluarga terus merintiis usaha Bisnis  pengelolaan Lipan, katanya.Adapun proses nya adalah bahwa : 2.000 lipan hanya dijual dalam keadaan hidup untuk makanan ikan arwana di kota Medan -  Sumatera Utara dan Jakarta. Dulu ada 4 toko ikan, sekarang tinggal satu toko yang membeli 1.000 ekor 2 hari sekali. Ditambah penjualan lipan kering ke tiga toko obat China yang ada di Kota Medan, yaitu di Jalan Gatot Subroto simpang Jalan Nibung Raya, Jalan Cirebon dan di Pajak Beruang di Jalan Madong Lubis. Setiap 6 bulan, 6.000 ekor lipan terjual. Kemudian pada tahun 2015, lipan kering dengan penjemuran panas matahari, lipan sudah dikirim ke dan Surabaya-Jawa Timur.

Baca juga:

Setelah dikelola oleh  Ricky, anak kedua dari 2 bersaudara ini, lipan yang telah dikeringkan hingga dapat menembus pasar mancanegara. Pada tanggal 3 Agustus 2019 lalu, Ricky mengekspor 100.000 ekor lipan atau 460 kilogram lipan ke Negara Vietnam. Setiap  tiga bulan seratus ribu ekor lipan dapat mereka olah. Lipan yang dibeli dari pemburu Rp 1.500 per ekor, dijual ke luar negeri seharga Rp 2.500 – Rp 3.000 per ekor atau sekitar Rp 1.200.000 per kilogram. Keuntungan akan dikurangi biaya cargo pesawat udara internasional Rp 56.000 per Kg sertabiaya PNBP Rp 100.000.“Kalau ekspor kemarin kita yang didatangi bayer dari luar. Kita ada pasang iklan ke sosmed. Tak lama dia hubungi kita juga, terus datang ke rumah langsung. Dia liat barang kita bilang ini produk terbaik yang pernah saya liat, terus tertarik dan ajak kerja sama. Kendali musim sepi saat panen padi, tapi panen padi habis hampir 80 persen warga desa ini cari lipan semua. Kita beli sama petani 1.500 per ekor. Yang kecil gandeng 2 hitung satu. Kemarin pengiriman seratus ribu ekor sekitar 460 kilogram,” punkas Ricky

Berburu lipan merupakan mata pencarian tambahan bagi masyarakat di sejumlah desa di Kecamatan Perbaungan. Umumnya warga desa berprofesi sebagai petani atau buruh kebun. Hewan bernama ilmiah Scolopendra, Lipan atau kelabang adalah hewan arthropoda yang tergolong dari kelas Chilopoda dan upafilum Myriapoda. Kelabang adalah hewan metameric yang memiliki sepasang kaki di setiap ruas tubuhnya. Hewan ini termasuk hewan yang berbisa, dan termasuk hewan nocturnal atau beraktivitas utama pada malam hari.

Setiap hari, warga berburu lipan di semak belukar perladangan, hingga tumpukan daun kering di perkebunan kelapa sawit. Mereka menangkap hewan nocturnal yang beraktivitas pada malam hari ini dengan tangan. Kemudian membuang dua buah taring besar pada mulut kelabang agar tidak tersengat. Meski tak jarang, sengatan lipan mengenai mereka. Kemudian lipan dijual kepada para belasan pengepul yang ada di desa mereka. Para pemburu lipan berasal dari Desa Lestari Dadi, Suka Sari, Bingkat, Jati Mulia dan Desa di Kecamatan Dolok Masihul, Kabupaten Deli Serdang. 

“Nyariknya di kebun sawit , kebun karet, kadang kadang di lembah lembah lah gitu , tempat tempat lembab. Sebetulnya berbahaya Pak, jadi cemana lagi orang kita kan , memang mata pencariannya dari lipan, ya kalau kita manual aja kita pegang lehernya baru tarok di batang parang lalu dibuang, pernah, tangan bengkak, 3 -4 hari bengkak, dibiarkan aja sembuh. Tidak bisa dipatokkan Pak, ya kadang dari jam 8 pagi sampai jam 4 sore bisa dapat 20 ekor, 30 ekor, kadang kalau  rejeki  ada dapat 60 ekor, namanya binatang hidup kan,” jelas Dedi Susanto, pemburu Lipan dari Desa Melati II.Meski  ratusan ribu ekor lipan dapat dikumpulkan para warga juga khawatir jumlah lipan di alam dapat semakin sulit ditemukan. Namun hingga saat ini belum ada warga perbaungan yang dapat membudidayakannya, karena sifatnya yang kanibal. “Kalau budi daya pernah sekali tapi tidak berhasil karena lipan itu kanibal,” tambah Ricky.

Penjualan yang masih terbatas pada lipan kering juga menjadi tantangan bagi penjual lipan. Mereka berharap semoga  dapat bantuan dari pihak Pemkab Sergai  untuk mengolah lipan menjadi produk yang punya nilai jual lebih mahal, agar Desa Melati II Kecamatan Perbaungan  khususnya di Kabupaten Paten Serdang Bedagai bisa menjadi daerah pemasaran Lipan di pasar Ekspor Mancanegara. (Dipa).

Editor : Siti Rahmadani Hanifah
Sumber : 61384
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini