Sejak mencuatnya nama Jambi ke dalam kancah kebudayaan, serta kajian-kajian yang terus dilakukan terhadap kompleks percandian Muaro Jambi yang disinyalir pernah menjadi pusat pendidikan Budha terbesar pada masanya, kini historiografi terus dilakukan dan pembacaan ulang mengenai Jambi, Muaro Jambi, dan sejarah Jambi kembali ditelaah. Kisah-kisah perjalanan orang penting dalam sejarah dan ranji raja-raja kembali dituturkan, seperti dalam rangkaian Borobudur Writers and Cultural Festival 2024 yang diselenggrakan di kompleks percandian Muaro Jambi beberapa waktu lalu.
Jambi, dengan segala pesonanya mulai bersolek dan mengarahkan pandangan pada pemajuan kebudayaan, observasi Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) terus dilakukan hingga pembangunan museum baru yang tak jauh dari komples percandian. Namun, apakah temuan Arkeologi saja cukup untuk menjelaskan secara harfiah tanpa diiringi narasi sejarah? Keduanya sama-sama penting untuk memahami apa yang terjadi di masa silam. Keberadaan temuan Arkeologi tentu memantik diskusi dan penelitian berlanjut, tak pelak keberadaannya kini menjadi salah satu ladang penelitian yang banyak digarap oleh para arkeolog dan sejarawan.
Nama Besar Tan Telanai
Salah satu narasi vital yang termaktub dalam sejarah Jambi adalah nama Tun Telanai atau Tan Telanai yang dalam catatan-catatan lama dan ingatan tuturan orang dulu di sebut sebagai orang Turki yang datang mendiami pulau Andalas dan berdiam menjadi raja di Muaro Jambi. Kedatangan Tan Telanai membentuk sebuah dusun yang terus berkembang menjadi sebuah kerajaan. Dalam Tun Telanai dan Cerita Rakyat Jambi yang disusun oleh Baharuddin Kasib dan tim lainnya di sebutkan dengan gamblang bahwa Tan Telanai datang dari Turki atau benua Rum, dia membentuk sebuah kerajaan dan memerintah di sana.
Daerah tempat Raja Tan Telanai ini yang pertama di Jambi di antaranya adalah Tanjung Jabung. Oleh sebab itu sebaiknya kita me-ninjau dulu asal usul dari orang-orang yang mendiami daerah Tanjung Jabung tersebut. Perlu kita ketahui bahwa daerah Tanjung Jabung itu yang paling terkenal dan ramai adalah Negeri Tunggal atau Kuala Tungkal yaitu negeri yang menjadi ibu kota Kabupaten Tanjung Jabung sekarang ini. (Tan Telanai. hal: 4).
Dari sisi ini dapat dilihat bahwa kedatangannya bukan membawa misi agama, alasan kedatangannya masih simpang-siur hingga sekarang. Sementara tahun kedatangannya dapat kita terka dengan cara melakukan banding terhadap daerah yang berada di sekitarnya serta raja-raja yang bertahta. Dikisahkan bahwa tak lama setelah Tan Telanai menduduki daerah tersebut dan membangun kerajaannya sendiri (mungkin butuh beberapa tahun) dia mendapati sebuah kabar di daerah Pagaruyung ada putri yang sangat jelita bernama Puti Pinang Masak, anak dari Raja Baremah. Tan Talanai kemudian melakukan perjalan ke Pagaruyung dan bermaksud ingin melakukan pinangan.Di sisi Puti Pinang Masak, sejak mula kedatangan Tan Telanai tak satupun dia menyukai tingkah lelaki tersebut, di sebutkan Tan adalah lelaki berhidung bengkok (mungkin maksudnya mancung), dengan mata merah, tubuh besar, serta rambut bergelombang (Tan Telanai, hal: 15) perjalanan tersebut dicatat dengan baik dan dituturkan serupa:
Tersebutlah cerita tentang Tuan Putri Selaras Pinang Masak, ke-tika itu amat mashur beritanya, karena kecantikannya, sehingga su-kar untuk mencari bandingannya. Sampai pula berita ini kepada Ra-ja Tan Talanai, lalu Baginda bermufakat dengan segala Perdana Men-terinya untuk berangkat ke Pagarruyung untuk meminang Tuan Putri Selaras Pinang Masak. Di masa yang baik di saat yang sempuma be-rangkatlah Raja Tan Talanai dan Datuk Emping Besi ke mudik Pa-garruyung dengan segala alat kebesaran, menurut acJat raja-raja. (Tan Telanai. hal: 12)
Karena mempertimbangkan peperangan jika menolak lamaran tersebut, Puti Pinang Masak mensyaratkan dia baru akan menerima pinangan jika Tan Telanai mampu membangun candi yang megah dalam satu malam. Tan kemudian pulang dengan senang, mengumpulkan punggawa istana dan orang pintar. Pada masa yang sudah ditentukan, Puti Pinang Masak melawat ke Jambi, yang dalam beberapa catatan dia ditemani dengan hulubalang kerajaan dan saudaranya, Puti Reno Bulan.