KONGKRIT.COM - Ketika membahas perang dan pahlawan, seringkali kita tertarik pada cerita heroik yang memukau dan memancing rasa kagum.
Namun, di balik romantisme tersebut, terdapat kisah yang sering kali luput dari perhatian kita, seperti kisah mengenai senjata yang digunakan oleh para pejuang. Salah satu contohnya adalah perang Diponegoro.
Senjata Modern Pasukan Diponegoro
Ketika kita melihat kembali sejarah pada masa itu, tergambarlah sebuah adegan dramatis dalam Serangan ke benteng di Plered, yang menjadi titik kekalahan pertama Diponegoro, yang digambar oleh van J.P De Veer sekitar tahun 1900.
Pasukan Belanda pada masa itu menggunakan senjata standar Eropa, seperti senapan dengan bayonet terhunus. Namun, yang menarik perhatian adalah pasukan Diponegoro yang mempertahankan benteng, dengan gagah berani membidikkan senapan mereka.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pasukan Diponegoro telah menggunakan senjata modern pada masa itu. Sejarawan Peter Carey mencatat dalam catatannya bahwa pasukan Diponegoro memiliki senjata-senjata yang baik, bahkan menggunakan model standar senapan flint lock pasukan Prusia.
Selain itu, mereka juga memiliki keahlian dalam penggunaan artileri. Saat Pangeran Diponegoro mengepung Yogyakarta pada 1825, Pangeran Natapraja (Raden Mas Papak) mencatat bahwa peluru meriam pasukan keraton pro Belanda di Yogyakarta terlalu tinggi, yang disebabkan oleh terlalu banyaknya mesiu.Produksi Senjata dan Strategi Perang
Ternyata, produksi utama senjata untuk pasukan Diponegoro ada di Kuta Gede, tempat banyak warga menjadi perajin logam sehingga mampu membuat pelatuk senapan dan perlengkapan senjata lainnya. Bahkan, mereka juga memproduksi peluru dan mesiu di beberapa tempat lain seperti Pandak Bantul, Samigaluh, dan Deksa.
Namun, tidak hanya itu, pasukan Diponegoro juga mengandalkan tombak panjang sebagai senjata utama mereka. Tombak ini digambarkan sangat panjang, bahkan sekitar 3 meter, yang sangat efektif dalam pertempuran jarak dekat.
Tentu saja, keris juga menjadi bagian penting dalam strategi mereka. Para petani sering menggunakan keris untuk membantu pasukan reguler Diponegoro dalam penyergapan. Mereka menjadikan keris sebagai senjata yang tersembunyi dan mudah disamarkan, sehingga sulit bagi Belanda untuk mengidentifikasi dan menangkap mereka setelah pertempuran.
Melihat kembali sejarah perang Diponegoro, kita menyadari bahwa keberanian dan strategi yang cerdik tidak hanya ditunjukkan oleh pahlawan kita, tetapi juga oleh senjata-senjata yang mereka gunakan. Maka, tidak mengherankan bahwa Pangeran Diponegoro sulit dibunuh oleh Belanda, meskipun hanya bersenjatakan keris, karena di balik itu semua, tersimpan kekuatan dan keahlian yang luar biasa.
Editor : FiyumeSumber : Dilansir dari Berbagai Sumber