KONGKRIT.COM - Jalan Raya Anyer-Panarukan, sebuah monumen bersejarah yang membentang sepanjang 1.000 kilometer, menyimpan banyak cerita tentang masa lampau.
Dibangun atas perintah Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels, jalan ini bukan hanya menjadi jalur vital untuk pertahanan dan ekonomi, tetapi juga meninggalkan jejak sejarah yang menarik untuk ditelusuri.
Salah satu pertanyaan yang sering muncul adalah: mengapa jalan ini berakhir di Panarukan, Jawa Timur, dan tidak berlanjut hingga Banyuwangi?
Membongkar Alasan di Baliknya
Pada tahun 1808, Daendels melihat potensi besar di wilayah Ujung Timur Jawa, terutama dalam produksi tanaman tropis seperti gula dan nila. Selain itu, ia juga khawatir akan kemungkinan pendaratan pasukan Inggris di sekitar Selat Madura.
Membangun jalan ke Ujung Timur menjadi solusi untuk memperkuat pertahanan dan memperlancar perdagangan.Daendels menunjuk F. Rothenbuhler untuk memimpin pembangunan jalan dari Surabaya hingga Ujung Timur, yang dimulai pada September 1808.
Panarukan: Pilihan Strategis
Panarukan dipilih sebagai titik akhir jalan karena beberapa alasan:
- Kedekatan dengan lumbung gula Besuki:Panarukan terletak dekat dengan daerah lumbung gula di Besuki, salah satu komoditas ekspor penting pada masa itu.
- Akses ke tanah partikelir:Panarukan memberikan akses ke tanah partikelir yang menghasilkan produk-produk tropis penting.
- Kondisi geografis:Banyuwangi dianggap tidak memiliki potensi sebagai pelabuhan ekspor, sedangkan Panarukan memiliki kondisi geografis yang lebih mendukung.
Lebih dari Sekedar Jalan
Editor : FiyumeSumber : Dilansir dari Berbagai Sumber