Tugu Pal Putih kemudian dibangun sebagai pengganti Tugu Golong Gilig yang rusak.
Pada tanggal 3 Oktober 1889, tugu ini diresmikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono VII.
Perbedaan mencolok terlihat tidak hanya dari bentuknya yang berubah menjadi persegi dengan ujung lancip, tetapi juga ketinggian yang berkurang menjadi 15 meter.
Makna Simbolis Tugu Pal Putih
Konon, perubahan desain ini bukan semata-mata kebetulan.
Beberapa meyakini bahwa pemerintah Belanda sengaja mengubah simbol kebersamaan antara raja dan rakyat yang terkandung dalam desain Tugu Golong Gilig.
Meskipun demikian, Tugu Pal Putih tetap memancarkan keindahan dan makna filosofisnya.
Prasasti-prasasti yang terpahat di setiap sisi Tugu Pal Putih menjadi jendela sejarah yang membawa kita kembali ke masa pembangunannya.Dari prasasti itu, kita dapat membaca dukungan dari Residen Yogyakarta waktu itu, Y. Mullemester, serta peran Patih Danurejo V dalam pelaksanaan pembangunan.
Prasasti-prasasti ini juga mencerminkan semangat dan keinginan untuk memulai perjalanan menuju kemakmuran, sebagaimana tergambar dalam sengkalan Wiwara Harja Manggala Praja
Sebagai salah satu dari tiga titik Sumbu Filosofi Yogyakarta, Tugu Pal Putih bukan sekadar monumen bersejarah.
Editor : Fiyume