Sigi, Kongkrit.com—Yayasan Pusaka Indonesia (YPI) - CRS dan Kelompok Pengurangan Risiko Bencana (PRB) enam desa di Kabupaten Sigi dan Donggala lakukan mitigasi bencana dengan melakukan penanaman 20.150 bibit yang memiliki nilai ekonomi dan berfungsi konservasi.Kegiatan ini bertujuan sebagai upayapengurangan risiko bencana dan upaya kesiapsiagaan desa dalam menghadapi situasi bencana dan diharapkan menjadi sumber pendapatan masyarakat di masa depan yang berorientasi pada konservasi, ungkap Koordinator Program YPI-CRS, Marjoko.
“Pohon-pohon ini akan ditanam didaerah ancaman longsor dan banjir, untuk Desa Bolapapu, Namo, Salua dan Tuva, kabupaten Sigi jenis tanaman yang diberikan berupa bibit durian montong sebanyak 8.950 pohon, sedangkan desa Loli Tasiburi dan Kabonga Besar Kabupaten Donggala sebanyak 6.700 dengan jenis bibit pohon mangga, pala, asam dan kemiri” kata Marjoko
Untuk ketahanan pangan Kelompok PRB di enam desa juga berinisiatif menanam tanaman ubi kayu dan pisang sebanyak 4.500 pohon, sebagai bentuk ketahanan pangan dalam menghadapi bencana.Selain untuk mitigasi. secara ekonomi 8.950 pohon durian montong akan dapat menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 8.950.000.000.-/tahun pada usia tanam empat tahun ke depan. Dan dari pisang dan ubi kayu diperkirakan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 75.000.000.-/tahun.
Joko berharap, setelah aksi ini, selanjutnya warga diharapkan bertanggungjawab untuk merawat dan memelihara tanaman tersebut sampai mampu menghasilkan. Wargapun sangat mendukung dengan adanya penghijauan ini. Selain kawasan desanya bisa aman dari intaian bahaya longsor, juga karena setelah empat tahun diharapkan tanaman produktif ini dapat dipanen untuk menambah perekonomian.Ikut serta dalam kegiatan ini Camat Kecamatan Kulawi, Aparatur Pemerintahan Desa, serta anggota kelompok tani, tokoh masyarakat dan Babinsa serta Bhabinkantibmas.
YPI dan CRS juga memberikan dukungan kepada kelompok PRB penyediaan beras kedaruratan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber pendapatan kelompok dapat fase normal.Selain penyediaan pangan darurat tersebut, kelompok juga didukung dengan mengadakan nutrisi kedaruaratan yang dapat dimanfaat pada situasi darurat berupa peternakan sapi, kambing dan ikan yang juga dapat dikembangkan sebagai sumber pendapatan kelompok. Upaya terhadap pengembangan ekonomi konservasi dan ketahanan pangan juga dapat dikembangkan sebagai pemersatu kelompok dalam pengelolaan sumber-sumber ekonomi keberlanjutan pada fase normal.
Seluruh perencanaan dan pengelolaan aksi pengurangan risiko bencana ini dikelola oleh Kelompok PRB di enam desa sebagai upaya peningkatan partisipasi kelompok PRB dalam meningkatkan kesiapsiagaan komunitas dalam pengurangan risiko bencana, pungkas Marjoko. (Rel/Novian)
Editor : Siti Rahmadani HanifahSumber : 109758