KONGKRIT.COM - Kontroversi seputar penggunaan nyamuk Walbohia sebagai metode pengendalian penyakit menarik perhatian banyak pihak, termasuk Siti Fadilah Supari.
Dalam channel YouTube-nya, Siti Fadilah Supari membahas secara langsung isu-isu terkini seputar nyamuk Walbohia dan dampaknya dalam upaya pemberantasan penyakit menular.
Sebagai seorang ahli jantung dan mantan Menteri Kesehatan Indonesia, Siti Fadilah Supari membawa wawasan dan pengalaman yang berharga dalam menyikapi perdebatan ini.
Nyamuk yang Lahir di Australia
Nyamuk Walbohia, yang ditemukan oleh seorang peneliti Australia pada tahun 2011, telah menjadi topik perbincangan luas di masyarakat Indonesia.
Penelitian ini kemudian melibatkan kerja sama dengan World Mosquito Program (WMP), yang didukung oleh dana dari Bill Gates dan konglomerat Indonesia, termasuk pak Tahija, seorang pemilik saham dari Freeport.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji keefektifan nyamuk Walbohia dalam menurunkan angka demam berdarah.
Hasil penelitian di Yogyakarta, khususnya di daerah Sleman, Bantul, dan Yogyakarta, menunjukkan penurunan signifikan, yaitu 77% di lapangan dan 86% di rumah sakit antara tahun 2017 hingga 2020.Namun, ada pertanyaan yang perlu diajukan terkait metode penelitian ini.
Langkah 3M Sudah Cukup
Pada tahun 2022, Menteri Kesehatan mengeluarkan SK untuk menerapkan inovasi tersebut di lima daerah, termasuk Semarang, Jakarta Barat, Bandung, Bontang, Kupang, dan Bali.
Meskipun hasil penelitian dianggap valid, banyak yang mempertanyakan apakah alternatif konvensional, seperti program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan 3M (Menguras, Menutup, Mengubur), sudah cukup efektif.
Editor : FiyumeSumber : Siti Fadilah Supari Channel