Oleh: Tongat ( Mahasiswa Program Doktor UINSU) Banyak jalan menuju Rhoma,istilah pepatah ini menginpirasi penulis untuk menjaring bagaimana anak didik agar selalu termotivasi dari seorang guru. Dalam kegiatan belajar-mengajar, guru di tuntut untuk berlaku adil atau tidak diskriminatif terhadap seluruh murid. Dengan ungkapan lain, tidak ada murid yang paling diistimewakan. Perhatian dan sikap guru terhadap seluruh murid harus sama.
Dalam kontek ini,guru layaknya orang tua yang memiliki banyak anak. Kasih sayang orang tua harus diberikan secara merata kepada seluruh anak, baik terhadap anak yang paling patuh maupun anak yang bandal. Jika kasih sayang orang tua tidak merata maka akan timbuk kecemburuan dari anak yang kurang mendapatkan kasih sayang.Persoalan keadilan orang tua dalam menghadapi anak dapat juga terjadi pada guru.Walaupun demikian, persoalan keadilan guru lebih berat ketimbang orang tua kepada anak. sebab, guru didalam satu kelas kadang menangani sebanyak 20-40 murid, sedangkan orang tua rata-rata menghadapi 2-5 anak.
Oleh karena itu,tanggung jawab dalam memberikan keadilan secara merata lebih berat bagi guru. Namun, bagaimanapun juga, guru harus berlaku adil jika ingin mendapatkan hasil yang optimal dalam kegiatan belajar-mengajar.Guru yang tidak adil dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar murid. Sebab, murid yang merasa kurang mendapat perhatian dari guru cenderung akan belajar asal-asalan atau tidak akan semakin meningkatkan prestasi belajarnya. Sebaliknya murid yang paling banyak mendapat perhatian kemungkinan akan terus meningkatkan prestasi belajarnya.
Dari sinilah,dapat ditarik kesimpulan bahwa jika ingin seluruh murid meningkatkan prestasi belajar,guru harus adil. Tidak perlu ada murid yang diistimewakan, meskipun ada murid yang paling rajin dan cerdas. Pada dasarnya, guru yang berlaku pilih kasih dapat tertelusuri penyebabnya. Di antaranya sebagai berikut:Pertama; Menganggap diri sebagai penguasa.Ketidak adilan seorang guru terhadap murid lazimnya terjadi pada guru yang menganggap dirinya sebagai penguasa yang otoriter, Kelas dianggap miliknya atau berada dalam genggamannya. Suasana kelas diatur sepenuhnya oleh guru atau sesuai dengan seteranya. Gerak-gerik murid pun diawasi.
Karena itulah, murid yang patuh dan tunduk kepada guru sekaligus cerdas mendapatkan perhatian penuh dari guru. Sedangkan murid yang tidak patuh dan kurang pandai alias bodoh akan mendapat hukuman, bahkan diusir keluar kelas. Disini, telah terjadi diskriminatif akibat guru menganggap dirinya sebagai penguasa.
Sebenarnya,murid yang patuh ataupun bandal membutuhkan perhatian dari guru, namun dengan cara yang berbeda. Guru yang pandai membaca minat dan motivasi murid dalam belajar akan mudah mengatasi murid yang bandal, terkait itu,guru yang menaruh perhatian hanya pada murid yang patuh akan dianggap sebagai guru diskriminatif. Murid yang merasa tidak mendapatkan perhatian dari sang guru cenderung akan mengalami kebosanan belajar dan meremehkan sang guru.Kedua: Ada hubungan keluarga.Guru yang memiliki hubungan keluarga dengan salah satu murid dapat membuat guru berlaku diskriminatif terhadapnya. Misalnya, murid yang mempunyai hubungan keluarga diberi perhatian lebih saat mengajar, sedangkan murud yang tidak memiliki hubungan keluarga kurang diperhatikan. Jika ini terjadi, murid yang kurang mendapat perhatian akan merasa cemburu dan meremehkan guru.Ketiga: Murid berasal dari keluarga kaya atau anak seorang pejabat. Guru dapat berlaku diskriminatif disebabkan oleh adanya salah satu murid yang berasal dari keluarga kaya atau anak seorang pejabat. Murid yang berasal dari keluarga kaya diistimewakan, sedangkan murid yang berasal dari keluarga kurang mampu kurang mendapat perhatian. Guru yang dimikian bukanlah guru sejati yang tidak pilih kasih dalam memberikan perhatian dan pembelajaran terhadap seluruh muridnya.Jika guru dalam memberikan perhatian tergantung pada status keluarga, berarti ia secara tidak langsung telah mengajarkan untuk rendah diri terhadap murid yang berasal dari keluarga kurang mampu. Guru seperti ini telah menghilangkan nilai-nilai kesetaraan sesama manusia. Selain itu, ia pun sudah menghilangkan harkat martabatnya sebagai seorang pendidik di depan murid yang berasal dari keluarga kaya.
Dengan beberapa alasan yang dapat menyebabkan guru brtindak tidak adil dan dampak negatifnya, guru harus bertindak adil dan menjalankan profesinya. Ketidak adilan guru dalam kegiatan belajar-mengajar hanya akan menjadi bumerang bagi dirinya dan muridnya.Istilah Guru wajib dan guru sunnah ini dapat di artikan, bagai mana seorang murid selalu merindukan seorang guru yang kedatangnnya selalu di tunggu-tunggu dan bukan kehadirannya cukup biasa-biasa saja.
STAI-Darul ArafahJl.Berdikari Lau Bakeri-Deli Serdang
Editor : Siti Rahmadani HanifahSumber : 64276