Bahkan, pada hari keempat, mi instan yang sebelumnya enak menjadi jijik, dan eksperimennya membawa pengalaman mirip dengan proses penyembuhan dari sakit.
Perubahan Fisik dan Emosional
Perubahan di fisik tidak saja terjadi, tetapi emosionalnya pun terpengaruh.
Pada hari kelima, tingkat kemarahan meningkat, bahkan terhadap masalah-masalah kecil.
Bayangkan apa yang akan terjadi jika eksperimen ini dilanjutkan selama sebulan atau bahkan setahun?
Kesimpulannya, jangan mencoba ini di rumah ya Sobat.
Mi instan memang memberikan kekenyangan karena tingginya kalori, tetapi nutrisi penting lainnya rendah, mengakibatkan gangguan keseimbangan gizi tubuh.
Kandungan garam, micin, dan lemak jenuh yang tinggi dapat membawa konsekuensi serius pada kesehatan.Namun, apakah sebaliknya lebih sehat? Ternyata, hanya mengonsumsi satu jenis makanan, termasuk sayuran, juga membawa risiko serupa.
Kunci utamanya adalah menjaga keseimbangan asupan gizi, seperti sebuah tim bola yang tidak lucu jika diisi oleh striker semua.
Maka, saran dari peneliti Harvard adalah cukup dua kali sebulan mengonsumsi mi instan.
Editor : Fiyume