Namun belum ada pernyataan resmi dari pihak instansi tempat suaminya dinas mengenai apakah kasus ini akan ditindaklanjuti secara internal atau dilaporkan ke pihak kepolisian.
Hingga saat ini, beberapa korban disebut telah bersiap menempuh jalur hukum. Mereka mendesak agar kasus ini diusut secara transparan dan tidak berhenti pada sanggahan sepihak.
Para korban juga meminta pihak-pihak terkait, termasuk aparat militer, tidak mengintervensi proses hukum jika terbukti ada pelanggaran.
Di sisi lain, Khairunisak juga menyatakan siap menempuh jalur hukum jika merasa dirugikan oleh pemberitaan yang tidak sesuai dengan fakta.
"Kalau tidak ada bukti, kami akan menuntut balik. Saya tidak pernah memaksa siapa pun," tegasnya pada wartawan saat konfirmasi.
Korban berharap kasus ini tidak berhenti pada satu atau dua laporan saja. Mereka yakin masih banyak pihak lain yang menjadi korban, namun belum berani bicara atau melapor karena faktor kedekatan personal, rasa malu, atau tekanan sosial dari lingkungan."Kami tahu kami bukan satu-satunya. Banyak yang dulu bareng ikut (investasi), tapi sekarang diam. Kami minta mereka punya keberanian untuk bicara, supaya ini jelas dan tidak terulang," ujar korban.
Ia juga menekankan pentingnya melaporkan secara resmi agar proses hukum bisa berjalan maksimal.
"Kalau ada yang merasa dirugikan seperti kami, tolong jangan diam. Laporkan, supaya tidak ada lagi korban baru," tambahnya.
Kasus ini menjadi pelajaran penting tentang risiko investasi tanpa kejelasan legalitas. Dalam situasi ekonomi yang penuh tekanan, tawaran keuntungan cepat sering kali membuat masyarakat lengah.
Editor : Siti Rahmadani Hanifah