Ekspor Indonesia ke AS, yang berkontribusi sekitar 11-13% dari total ekspor nasional, diperkirakan akan mengalami penurunan akibat tarif tersebut.
Jika penurunan ekspor ini terjadi sekitar 30%, maka dampaknya terhadap total ekspor Indonesia bisa mencapai 3-4%.
Menyikapi hal ini, Didik menyarankan agar pemerintah Indonesia segera mencari alternatif pasar baru dan melakukan kesepakatan dengan negara-negara lain yang juga terdampak oleh kebijakan serupa.
Ia mengusulkan agar Indonesia memperkuat hubungan politik dengan negara-negara seperti ASEAN, Asia Timur (termasuk Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan), serta India dan Amerika Latin (seperti Brasil dan Meksiko).
"Indonesia harus melakukan konsolidasi politik dan membentuk poros ketiga. Kita tidak perlu terjebak dalam persaingan antara Amerika Serikat dan China," tambah Didik.
Didik juga mengingatkan bahwa pendekatan politik luar negeri Indonesia harus diperkuat dengan diplomasi perdagangan, berfokus pada kawasan-kawasan yang memiliki potensi pasar yang lebih besar, seperti ASEAN dan Asia Timur.Ia melihat ini sebagai peluang besar dalam menghadapi pergeseran kekuatan ekonomi global dari Atlantik ke Pasifik.
"Tarif Trump hanyalah bagian dari krisis transisi sejarah. Ini adalah waktu yang tepat bagi Indonesia untuk memperkuat posisi politik dan ekonomi kita di dunia yang semakin bergeser," pungkasnya.
Editor : Zaitun Ul HusnaSumber : okezone.com