Menurut Leavitt, tarif tambahan berkisar antara 11 hingga 50 persen. Meskipun telah melakukan diskusi dengan sejumlah pemimpin dunia, Trump tidak berencana menunda implementasi kebijakan ini.
Namun, ia disebut telah menginstruksikan tim perdagangannya untuk merancang kesepakatan khusus dengan negara-negara yang bersedia bernegosiasi.
Kebijakan Trump menuai kekhawatiran dari berbagai pihak, termasuk Dana Moneter Internasional (IMF).
Dalam pernyataannya yang dikutip dari The Guardian, Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva menyebut langkah Trump berisiko tinggi terhadap kestabilan ekonomi global.
Ia mengingatkan bahwa perang tarif dapat memicu aksi jual besar-besaran di pasar saham global.
“Kami masih menganalisis dampak makroekonomi dari langkah ini, tetapi jelas bahwa ini adalah risiko besar terhadap prospek pertumbuhan ekonomi dunia yang saat ini sedang lesu,” ujar Georgieva.
Ia juga menegaskan pentingnya kerja sama antara AS dan mitra dagangnya untuk menghindari eskalasi konflik dagang.Menurut IMF, tarif setinggi 50 persen telah menyebabkan hilangnya triliunan dolar dari nilai perusahaan-perusahaan besar dunia, di tengah kekhawatiran akan terjadinya resesi di Amerika Serikat.
Sementara itu, komisi tarif dewan negara Tiongkok menyebut kebijakan ini sebagai praktik intimidasi sepihak yang melanggar prinsip perdagangan internasional dan merugikan kepentingan sah China.
Kritik juga datang dari kalangan investor. Miliarder Amerika sekaligus manajer dana lindung nilai, Bill Ackman, menilai kebijakan Trump berpotensi menghancurkan kepercayaan dunia bisnis terhadap Amerika Serikat.
Editor : Zaitun Ul HusnaSumber : Liputan6
