"Kami akan meminta Polri bertanggung jawab atas insiden ini. Oknum yang bersangkutan harus diproses sesuai prosedur secara transparan,” ungkapnya.
“Insiden ini juga harus menjadi bahan koreksi agar tidak terulang di masa mendatang," tandasnya.
Seiring dengan itu, MZ, pewarta foto yang menjadi korban, menceritakan kronologi insiden tersebut.
Ia menjelaskan bahwa saat Kapolri memulai kegiatan di Stasiun Tawang, ia sedang meliput Kapolri yang berbincang dengan pemudik difabel dan lansia di peron.
Setelah itu, Kapolri dijadwalkan untuk inspeksi ke dalam gerbong kereta, dan ajudan Kapolri meminta agar media dan Humas Polri membuka jalan. Namun, dalam proses tersebut, terjadi cekcok antara ajudan dan anggota Humas Polri.
MZ, yang berada di posisi semula, mencoba untuk menjauh agar tidak terlibat dalam cekcok tersebut.
"Saya tahu Kapolri akan ke kiri, jadi saya pindah ke seberang. Sebelum pindah, si ajudan itu ngomel-ngomel, bilang kalau dari pers tak tempeleng satu-satu," kata MZ.Setelah mendengar hal tersebut, MZ kembali ke posisinya semula. Saat itulah, dugaan kekerasan terjadi.
"Saya kaget, dia mengeplak kepala saya. Setelah itu, dia diam, kemudian marah-marah lagi dan melanjutkan pekerjaannya," jelasnya.
LKBN Antara menegaskan komitmennya untuk menjalankan tugas jurnalisme secara profesional dan objektif, serta meminta semua pihak untuk saling menghormati tugas masing-masing agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang.
Editor : Zaitun Ul HusnaSumber : AntaraNews