Di sisi lain, Presiden Trump terus melanjutkan rencananya untuk menerapkan tarif timbal balik terhadap negara-negara yang terlibat dalam perang dagang.
Ia bahkan menggambarkan pengumuman tarif pada 2 April mendatang sebagai "Hari Pembebasan," yang menandakan peningkatan eskalasi dalam konflik perdagangan global.
Pada pekan lalu, Trump juga menaikkan tarif sebesar 25% untuk mobil yang tidak diproduksi di AS dan menyatakan bahwa tarif timbal balik yang akan datang akan sangat signifikan.
Bloomberg Economics memperkirakan bahwa kebijakan ini dapat memengaruhi Produk Domestik Bruto (PDB) AS dan menimbulkan guncangan harga dalam beberapa tahun ke depan akibat kenaikan tarif impor yang signifikan.
Optimisme yang sempat muncul terhadap kebijakan ekonomi Trump sebelumnya mendorong indeks S&P 500 mencapai rekor tertinggi pada Februari lalu.
Namun, sejak saat itu, indeks tersebut mengalami penurunan tajam dan diperkirakan akan mencatatkan kuartal terburuk sejak 2022.
Dengan berakhirnya kuartal pada hari Senin ini, volatilitas pasar diperkirakan akan tetap tinggi.Sementara itu, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan sejumlah emisi saham, obligasi, dan sukuk pada periode 24-27 Maret 2025.
Berdasarkan data BEI, pada 25 Maret 2025, PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk (YUPI) melakukan pencatatan perdana saham di Papan Utama BEI, mengumpulkan dana sebesar Rp 2,04 triliun. YUPI menjadi perusahaan ke-11 yang tercatat di BEI pada tahun ini.
Selain itu, pada periode yang sama, BEI juga mencatatkan lima emisi baru, terdiri dari tiga obligasi dan dua sukuk.
Editor : Zaitun Ul HusnaSumber : Liputan6
