Selain faktor eksternal tersebut, rupiah juga mengalami tekanan akibat kekhawatiran terhadap pelebaran defisit transaksi berjalan Indonesia.
Josua Pardede mengungkapkan bahwa rupiah melemah 0,36 persen secara mingguan (week-to-week) pada pekan ini.
Pada kesempatan sebelumnya, Josua juga mengungkapkan bahwa salah satu faktor utama pelemahan rupiah dalam beberapa waktu terakhir adalah ketidakpastian terkait arah perang dagang yang diperkirakan akan berlanjut.
Ketidakpastian ini mendorong investor untuk membeli dolar AS sebagai langkah perlindungan sebelum libur panjang, yang turut memberi tekanan terhadap nilai tukar rupiah.
Selain itu, tren penurunan harga komoditas ekspor utama Indonesia, seperti minyak kelapa sawit (CPO), batu bara, dan nikel, dalam seminggu terakhir turut memperburuk keadaan.Penurunan harga komoditas ini berpotensi memperlebar defisit transaksi berjalan Indonesia, yang pada gilirannya meningkatkan tekanan terhadap rupiah.
Penguatan dolar AS terhadap mayoritas mata uang global juga memperburuk kondisi rupiah. Penguatan dolar ini dipicu oleh sejumlah faktor, salah satunya adalah ketidakpastian dalam perdagangan global, yang membuat investor beralih ke aset yang lebih aman, seperti dolar AS.
Editor : Zaitun Ul HusnaSumber : Liputan6