PBB mengakui bahwa pembekuan dana yang dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat pada Januari 2025 telah mengganggu operasional mereka, termasuk dalam menyediakan bantuan kemanusiaan.
Meskipun IOM mengklaim bahwa mereka mematuhi semua perintah hukum yang berlaku, dampak dari penghentian pendanaan ini dirasakan langsung oleh para pengungsi dan staf yang bekerja di lapangan.
Pengungsi Rohingya yang terperangkap di Indonesia semakin terancam kesejahteraannya, mengingat banyak negara enggan menerima mereka secara permanen.
Mereka sangat bergantung pada bantuan PBB untuk memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari, seperti tempat tinggal dan makanan. Dengan pemotongan dana ini, masa depan mereka semakin tidak menentu.
Menurut laporan, hampir seribu pengungsi Rohingya di Pekanbaru kini terancam kehilangan akses terhadap layanan kesehatan dan bantuan tunai yang selama ini mereka andalkan.Pihak IOM berjanji akan terus berupaya memberikan bantuan kepada mereka yang paling membutuhkan, meskipun sumber daya yang ada sangat terbatas.
Editor : Zaitun Ul HusnaSumber : Merdeka.com
