Salah satunya adalah Suparmi, pemilik warung makan yang terletak di depan pabrik Sritex.
"Setiap hari mereka datang untuk sarapan, makan siang, atau sekadar beli kopi. Sekarang mereka harus pergi, saya sedih sekali," ujar Suparmi, yang merasa kehilangan pelanggan setianya.
Sritex, yang didirikan pada tahun 1966 oleh H.M. Lukminto, selama bertahun-tahun menjadi perusahaan tekstil terbesar di Indonesia dengan pasar internasional di lebih dari 100 negara. Namun, setelah menghadapi masalah keuangan yang serius sejak 2021, perusahaan ini akhirnya dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga Semarang pada 21 Oktober 2024, dan pada akhirnya menutup operasionalnya pada awal Maret 2025.
Keputusan penutupan Sritex ini mengakhiri perjalanan panjang perusahaan yang selama ini menjadi kebanggaan Indonesia dalam industri tekstil dan garmen, sekaligus menorehkan kisah duka bagi ribuan karyawan dan masyarakat sekitar. Editor : Zaitun Ul HusnaSumber : Tribun News