Tradisi Malamang di Sungai Gayo Lumpo, Melestarikan Budaya dan Meningkatkan Ketahanan Pangan

×

Tradisi Malamang di Sungai Gayo Lumpo, Melestarikan Budaya dan Meningkatkan Ketahanan Pangan

Bagikan berita
Tradisi Malamang di Sungai Gayo Lumpo, Melestarikan Budaya dan Meningkatkan Ketahanan Pangan
Tradisi Malamang di Sungai Gayo Lumpo, Melestarikan Budaya dan Meningkatkan Ketahanan Pangan

"Bersawah dengan cara yang murah, hemat air, dan ramah lingkungan akan membawa petani pada kesejahteraan," jelas Mawardi.

Saat ini, harga beras premium di pasar mencapai Rp25.000 per kilogram, dengan menggunakan metode organik seperti MTOT dan bibit lokal "Bujang Marantau", petani dapat menghasilkan beras berkualitas premium.

Di Nagari Sungai Gayo Lumpo, luas lahan sawah produktif mencapai 200 hektar, dan jika seluruh petani mengadopsi metode MTOT, diharapkan kualitas padi yang dihasilkan akan meningkat pesat, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan petani.

Namun, Mawardi juga mengingatkan pentingnya peningkatan fasilitas penggilingan (huller) yang lebih baik, karena saat ini kualitas penggilingan yang rendah berdampak pada rendahnya rendemen beras.

"Huller di sini sudah tidak memadai, sehingga berdampak pada kualitas beras pasca-panennya. Oleh karena itu, kami perlu melakukan upgrade terhadap huller," ungkapnya.

Peningkatan fasilitas penggilingan beras ini penting untuk meningkatkan rendemen giling, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti varietas padi, mutu gabah, penanganan pasca panen, dan teknologi penggilingan.

Dengan dukungan yang berkelanjutan, baik dari Bank Indonesia maupun pihak lainnya, diharapkan kualitas pertanian dan kesejahteraan petani di Pesisir Selatan dapat terus meningkat, serta budaya dan tradisi seperti Malamang tetap terjaga untuk generasi mendatang.

Editor : Zaitun Ul Husna
Bagikan

Berita Terkait
Terkini