"Sekarang saya hanya jalan-jalan. Baru saja dari Kampung, Padang Sidempuan, dan selanjutnya saya akan berkeliling Sumbar serta mampir ke Padang Panjang untuk menikmati sate Syukur," ucapnya.
Namun, ketika media mengajukan pertanyaan tentang profesinya, Sukiman pun menceritakan latar belakang kariernya.
"Dulu, saya bekerja di perusahaan asing sebagai manajer. Selain gaji yang cukup besar, saya juga sempat mengunjungi banyak kota besar di Asia, seperti Singapura, Hong Kong, Beijing, dan Bangkok,” paparnya.
“Sekarang, saya menjadi petani dengan memiliki kebun sekitar 60 hektar yang dikelola dengan enam karyawan tetap dan 12 karyawan tidak tetap. Tiga anak saya sudah tamat S2, dan saya memiliki dua rumah, satu di Kabupaten Lahat dan satu lagi di Kota Palembang," sambungnya.
Menanggapi pertanyaan tentang kunci kesuksesannya, Sukiman dengan tegas mengatakan bahwa kerja keras, doa, dan ridho orang tua adalah hal yang tidak bisa dipisahkan.
"Kerja keras, banting otak dan banting otot. Sholat Tahajjud dan Dhuha secara rutin. Berdoa. Namun, tahajjud, dhuha, dan doa itu semua tidak ada artinya tanpa ridho orang tua. Jangan lupa juga untuk selalu bersedekah," ungkapnya dengan serius.Sukiman juga mengingatkan bahwa kesuksesan yang diraihnya tidak datang begitu saja.
"Jangan lihat saya sekarang. Dulu, di tahun delapan puluhan, sewaktu kuliah di AMIK Padang, saya juga hidup dalam kemiskinan,” kenangnya.
“Sering kali saya makan nasi dengan garam saja. Orang tua saya hanya petani kecil, tetapi mereka pekerja keras dan ulet," tutup Sukiman, mengungkapkan bahwa kerja keras dan doa selalu menjadi bagian dari perjalanan hidupnya.
Editor : Zaitun Ul Husna