Dihadapkan dengan Tantangan Keuangan dan Strategis, Indonesia Malah Rencanakan Kapal Induk

×

Dihadapkan dengan Tantangan Keuangan dan Strategis, Indonesia Malah Rencanakan Kapal Induk

Bagikan berita
Dihadapkan dengan Tantangan Keuangan dan Strategis, Indonesia Malah Rencanakan Kapal Induk
Dihadapkan dengan Tantangan Keuangan dan Strategis, Indonesia Malah Rencanakan Kapal Induk

KONGKRIT.COM - Indonesia berencana untuk memiliki kapal induk serbaguna yang akan dioperasikan oleh Angkatan Laut Tentara Nasional Indonesia (TNI-AL), (25/2/2025).

Rencana ambisius ini disampaikan oleh Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana Muhammad Ali, dalam konferensi pers pada 6 Februari 2025.

Ia mengungkapkan bahwa kapal induk tersebut akan digunakan untuk operasi militer non-perang, seperti misi bantuan kemanusiaan, penanggulangan bencana, dan pengamanan maritim.

Namun, sejumlah pakar pertahanan mengkritik rencana tersebut, dengan beberapa menyebutnya tidak realistis dari segi strategi dan operasional. Abdul Rahman Yaacob, seorang analis di program Asia Tenggara Lowy Institute, mengatakan bahwa memiliki kapal induk untuk tujuan non-tempur tidak masuk akal.

Menurutnya, kapal induk adalah platform yang sangat mahal dan sering digunakan dalam operasi tempur, meskipun bisa juga digunakan untuk misi kemanusiaan.

"Meskipun kapal induk bisa memperluas kemampuan Indonesia untuk memproyeksikan kekuatan di kawasan maritimnya, kehadirannya tidak akan banyak mengubah situasi di kawasan ini, terutama dalam menghadapi ancaman dari China," ungkap Rahman.

Dia menambahkan, meskipun kapal induk dapat meningkatkan kekuatan Indonesia, China yang memiliki armada kapal induk yang lebih besar mungkin akan tetap mampu menanggulangi kehadiran kapal induk Indonesia jika terjadi konflik.

Selain tantangan strategis, rencana ini juga terhambat oleh masalah finansial. Kapal induk modern seperti kelas Gerald R. Ford milik Angkatan Laut AS diperkirakan memerlukan biaya lebih dari USD13 miliar, sementara anggaran pertahanan Indonesia jauh lebih terbatas, hanya sekitar Rp20 triliun (USD1,22 miliar) pada tahun 2025, yang hanya mencakup kurang dari 15 persen dari total anggaran pertahanan negara.

Rahman juga mencatat bahwa membeli kapal induk bukan hanya soal harga kapal itu sendiri, tetapi juga biaya tambahan seperti armada pendukung, pesawat baru, pelatihan personel, serta peningkatan infrastruktur yang dibutuhkan.

Semua biaya ini menjadikan rencana tersebut tampak kurang realistis mengingat keterbatasan anggaran Indonesia.

Editor : Zaitun Ul Husna
Sumber : SindoNews Internasional
Bagikan

Berita Terkait
Terkini