“Ini menjadi hambatan dalam meningkatkan kualitas dan daya saing di tingkat internasional," lanjutnya.
Selain itu, Menaker Yassierli juga menyoroti rendahnya produktivitas tenaga kerja Indonesia dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.
Berdasarkan data Human Capital Index (HCI), Indonesia memperoleh skor 0,53, yang lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Menaker Yassierli menambahkan bahwa tantangan besar lainnya di era digital adalah kesenjangan keterampilan (skill gap) dalam mengadopsi teknologi, terutama di bidang kecerdasan buatan (AI), akses digital, serta robotik dan sistem otonom.
Survei menunjukkan bahwa 63 persen perusahaan mengalami kesulitan dalam mengadopsi teknologi digital karena kurangnya keterampilan yang relevan.
"Penguasaan terhadap AI dan big data menjadi hal yang sangat penting. Namun, selain keterampilan teknis, pengembangan soft skills seperti komunikasi, kepemimpinan, dan kemampuan beradaptasi juga sangat dibutuhkan," tambahnya.Yassierli menekankan bahwa perkembangan teknologi harus selaras dengan keterampilan yang dibutuhkan pasar kerja, sehingga kualitas sumber daya manusia dapat meningkat seiring dengan kemajuan teknologi.
Menurutnya, penguasaan teknologi dan peningkatan kualitas SDM menjadi kunci dalam menghadapi tantangan digitalisasi.
Rektor Unand, Efa Yonnedi, turut memberikan sambutan dalam kesempatan ini. Hadir pula Rektor UIN Imam Bonjol Padang, Martin Kustati, serta pejabat terkait dari Pemprov Sumbar dan Kementerian Ketenagakerjaan RI. Kuliah umum ini dipandu oleh Wakil Rektor IV Unand, Prof. Henmaidi.
Editor : Zaitun Ul Husna
