Sementara itu, Kabid Kesehatan Hewan, drh. Tutus Sumaryani menerangkan, untuk kondisi di Tulungagung saat ini masih terkendali dibandingkan dengan daerah lain di Jawa Timur. Menurutnya, kesadaran peternak dalam hal menjaga kebersihan kandang, melaporkan kasus lebih cepat dan upaya vaksinasi masal turut membantu menekan penyebaran PMK.
"Lalulintas ternak antar wilayah melalui pasar hewan menjadi salah satu tantangan utama dalam pencegahan penularan. Karena sapi yang terjangkit PMK sebagian besar bukan berasal dari Tulungagung melainkan dari luar daerah," terangnya.
Lebih lanjut Tutus mengatakan kasus PMK kembali ditemukan di Tulungagung sejak akhir November 2024 lalu dengan jumlah ternak yang terjangkit sebanyak 60 hingga 70 ekor sapi. Dan penyebabnya adalah kelembaban udara yang tinggi sehingga memicu aktivitas virus dan bakteri.
"Dengan adanya langkah proaktif dan dukungan peternak, maka kami optimis kesehatan dan produktivitas ternak di wilayah Tulungagung akan tetap terjaga," pungkasnya. Editor : HN. Arya Rajo Sampono