Sebagai contoh, menurut KHGT, 1 Syawal 1548 H yang diperkirakan jatuh pada Jumat, 17 Maret 2124 M, akan dirayakan serentak di berbagai negara seperti Amerika Serikat (Ohio) dan Australia (Sydney).
Sementara itu, jika menggunakan kalender lokal, di Indonesia, 1 Syawal 2124 M diperkirakan jatuh pada 18 Maret, yang berbeda satu hari dari penetapan KHGT.
Syamsul menjelaskan bahwa KHGT mengadopsi konsensus internasional yang tercapai dalam Kongres Penyatuan Kalender Hijriah di Istanbul pada 2016.
Beberapa parameter utama dari KHGT meliputi seluruh bumi sebagai satu matlak (zona waktu), ketinggian bulan minimal 5°, dan elongasi 8° sebelum pukul 00:00 UTC.
Standar ini membuat KHGT dianggap lebih universal dibandingkan dengan kalender berbasis lokal.
KHGT juga diharapkan dapat menyelesaikan masalah perbedaan waktu ibadah umat Islam, seperti yang terjadi pada puasa Arafah, yang seringkali tidak bertepatan dengan waktu wukuf di Arafah akibat perbedaan kalender.Syamsul menekankan bahwa penerapan KHGT dapat mengatasi perbedaan ini dan membawa keseragaman dalam pelaksanaan ibadah lintas kawasan.
Muhammadiyah telah mendukung penerapan KHGT melalui keputusan dalam Muktamar Ke-47 di Makassar pada 2015 dan ditegaskan kembali pada Muktamar Ke-48 di Surakarta pada 2022.
Dalam keputusan tersebut, Muhammadiyah berkomitmen untuk mendukung sistem kalender internasional yang unifikatif, yang bertujuan menyatukan hari-hari ibadah umat Islam di seluruh dunia.
Editor : Zaitun Ul HusnaSumber : KompasTV