Dalam diskusi, salah satu fokus pembahasan adalah produksi darah. Saat ini, PMI Kota Bukittinggi mampu memproduksi 1.200 kantong darah per bulan dengan jumlah penduduk sekitar 130.000 jiwa.
Sementara itu, PMI Kabupaten Simalungun baru memproduksi 200 kantong per bulan, meski kebutuhannya mencapai 1.000 kantong.
"Kami berdiskusi tentang cara meningkatkan produksi darah, termasuk strategi kami dalam melibatkan masyarakat," kata Chairunnas.
Chairunnas juga menjelaskan alasan PMI Kabupaten Simalungun memilih Bukittinggi sebagai tujuan studi banding.
Menurutnya, keberhasilan PMI Kota Bukittinggi yang konsisten muncul di berbagai media, baik online maupun sosial, menjadi daya tarik tersendiri.
"Kami selalu memperbarui informasi tentang kegiatan kami di media sosial maupun media online.,” katanya.
“Hal ini menarik perhatian PMI Kabupaten Simalungun. Mereka menilai kinerja kami lebih baik dibandingkan PMI di daerah lain," jelasnya.Lebih jauh, Chairunnas menekankan pentingnya sinergi antar-PMI di seluruh Indonesia.
"PMI adalah satu, tidak ada perbedaan antara kota atau kabupaten,” ucapnya.
“Kami bersinergi untuk mencapai satu tujuan, yaitu membantu masyarakat di bidang kemanusiaan, bencana, kesehatan, dan donor darah. Bahkan, kami juga membantu daerah lain dalam droping darah ke UTD rumah sakit," ungkapnya.
Editor : Zaitun Ul Husna