Para pemberontak juga mengonfirmasi bahwa ribuan tahanan yang dipenjara oleh pemerintah Suriah telah dibebaskan.
Kedutaan Besar Iran di Damaskus dilaporkan diserbu oleh para pemberontak, menandakan berakhirnya dukungan dari salah satu sekutu utama Assad.
Hizbullah, kelompok militan yang telah lama mendukung Assad, juga menarik pasukannya dari Suriah menjelang kejatuhan pemerintah Suriah.
Pemerintah Suriah yang baru, yang dipimpin oleh pemberontak, menegaskan komitmennya untuk membentuk pemerintahan transisi dengan wewenang eksekutif penuh.
Perdana Menteri Mohammad Ghazi al-Jalali menyerukan pemilihan umum yang bebas dan transparan sebagai bagian dari proses transisi.
Reaksi internasional pun datang dengan cepat. Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyatakan bahwa AS akan bekerja dengan mitra-mitra internasional untuk mengelola situasi baru ini dan memastikan stabilitas di Suriah.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memuji berakhirnya rezim Assad dan menyerukan untuk membangun masa depan yang damai di Suriah, sambil menekankan pentingnya melindungi hak-hak seluruh rakyat Suriah.Meski banyak pihak merayakan kejatuhan Assad, jalan menuju stabilitas Suriah diperkirakan akan penuh tantangan, mengingat adanya berbagai kelompok yang memiliki kepentingan politik yang berbeda.
Termasuk kelompok pemberontak yang kini menjadi kekuatan dominan, seperti Hayat Tahrir al-Sham (HTS). Kelompok ini sebelumnya berafiliasi dengan Al-Qaeda dan kini diperkirakan akan memiliki pengaruh besar dalam pemerintahan baru Suriah.
Penting untuk dicatat bahwa situasi ini juga menyisakan kekhawatiran terkait potensi kebangkitan kelompok teroris seperti ISIS.
Editor : Zaitun Ul HusnaSumber : Liputan6