Pihaknya mengangkat kearifan lokal di bidang seni batik sebagai bagian dari budaya kabupaten Tulungagung, serta sebagai bagian dari kurikulum Merdeka Belajar dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).
“Batik ciprat adalah bagian dari sebuah teknik yang mana anak-anak SMP identik dengan melukis, melukis berdekatan dengan kuas alat sehingga kedekatan melukis ini kami transformasikan ke dalam kain batik dengan berbagai keahlian alat sehingga wujudnya adalah karya batik ciprat Arsiduta,” ujarnya.
Melalui kegiatan tersebut pihaknya berharap anak - anak sebagai generasi muda penerus bangsa mencintai budaya dari para leluhur terdahulu.
Menurutnya, dalam program Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila ini, anak-anak diajak untuk membuat evaluasi karya seni batik mereka. Kegiatan ini juga menjadi ajang penilaian sejauh mana mereka mampu mewujudkan seni membatiknya.
Kegiatan ini lanjutnya, adalah wujud dari sebuah aksi seni batik, sebuah program yang tidak terlepas dari program kurikulum."Kami berharap karya-karya anak-anak bisa mewarnai Kabupaten Tulungagung.Hasil karya kelas 7 nantinya akan dijadikan sebagai seragam khas batik SMPN 1 Kedungwaru. Sedangkan untuk karya yang kelas 8 dan 9 akan kami kembangkan kewirausahaannya yaitu akan kami bawa ke galeri sekolah kami, sehingga bila ada yang berkenan bisa bertransaksi untuk membeli hasil karya batik ciprat anak - anak kami," paparnya.
Dalam acara tersebut juga menampilkan fashion show busana batik ciprat Arsiduta dari siswa – siswi SMPN 1 Kedungwaru.Turut hadir dalam acara tersebut, Sekdakab Tulungagung, Drs. Tri Hariadi, M.Si, Ketua Panitia Hari Jadi Kabupaten Tulungagung, Broto Susetyo, Kepala Dinas Pendidikan Tulungagung, Rahadi P. Bintara beserta jajaran, Kepala OPD terkait.
Editor : HN. Arya Rajo Sampono