"Kami ingin memastikan bahwa bahan makanan yang diberikan memenuhi standar gizi sekaligus mendukung ketahanan pangan nasional,” sebutnya.
BGN berkolaborasi dengan Kodim di daerah untuk meningkatkan efisiensi pelaksanaan.
Kodim membantu penyaluran ke daerah sulit jangkauan, terutama di daerah terpencil dan daerah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal).
Dengan pendekatan dapur umum yang mampu melayani 2.500–3.000 anak per unit layanan, target penerima manfaat mencakup ibu hamil, ibu menyusui, dan balita.
Secara berkala, program akan dinilai melalui metrik kesehatan seperti tinggi badan dan berat badan anak, yang diukur oleh tenaga gizi di setiap unit pelayanan.
Untuk memastikan standar keamanan pangan terjaga, evaluasi ini akan melibatkan berbagai lembaga, seperti puskesmas dan sekolah, dengan pengawasan dari BPOM.
Kami bekerja sama dengan Dinas Kesehatan dan Puskesmas untuk menilai nutrisi anak dan mengajarkan mereka cara hidup sehat.“Semua ini dilakukan untuk menjaga kualitas dan manfaat program yang optimal,” tegas Ikeu.
Keberlanjutan pasokan pangan dan pengawasan implementasi di lapangan adalah beberapa masalah yang pasti akan dihadapi oleh program ini. Selain itu, menyesuaikan jenis makanan dengan preferensi budaya lokal sulit.
"Kami memastikan standar gizinya tetap, tetapi jenis menunya disesuaikan dengan budaya setempat, seperti penggunaan bahan pokok local,” jelasnya.
Editor : Zaitun Ul HusnaSumber : Liputan6