KONGKRIT.COM - Pembaca yang baik hati, Kembali kita lanjutkan kisah anak kecil dua belas tahun yang tertatih-tatih menyandang enam liter beras di punggungnya.
Tanpa alas kaki menembus rimba, menelusuri sungai, berjalan kaki meninggalkan Jorong Manganti, Kecamatan Sumpur Kudus, menuju Tanjung Ampalu.
Maksud hati hendak menyambung sekolah ke SMPN Tanjung Ampalu. Namun akhirnya terdampar di Tilatang Kamang - Bukittinggi. Kejadian tahun 1974.
"Suatu peristiwa yang sangat sulit saya lupakan adalah kejadian di bulan Juli 1977.”
Bulan Juli adalah bulan yang sibuk dengan kegiatan-kegiatan menyambut datangnya Bulan Agustus. Bulan Agustus merupakan puncak kegembiraan bangsa Indonesia.
Termasuk kami yang berada di Tilatang Kamang, Bukittinggi, Sumatera Barat. Merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke- 32 tahun.Salah satu kesibukan anak seusia saya adalah main layang-layang. Pada hari Minggu bulan Juli 1977, saya lupa tanggalnya, saya diajak oleh Edi Pakuih, anak Majikan saya ke Lapangan bola kaki.
Disitu dia main layangan berekor panjang, Dan saya menjadi ajudannya, menganjungkan layangan.
Edi memegang kumparan benang dan saya memegang layangan. Dia mengatakan belum, belum, belum, sudaaah. Langsung saya melepaskan layangan itu dari tangan.
Layangan berekor panjang itu meliuk-liuk naik ke udara. Edi sedikit berlari mencari angin, makin lama layangan itu makin tinggi, benang digelontorkan oleh Edi.
Editor : Zaitun Ul Husna