KONGKRIT.COM - Tingginya angka anak putus sekolah di Kabupaten Sijunjung menjadi tantangan serius bagi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat.
Pernyataan ini disampaikan oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kadisdikbud) Kabupaten Sijunjung, Puji Basuki, S.P., M.MA., saat membuka Bimbingan Teknis (Bimtek) Implementasi Kurikulum Merdeka di Hotel Santika Bukittinggi pada Jumat, 25 Oktober 2024.
Puji Basuki menyampaikan bahwa permasalahan ini juga menjadi peluang bagi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) untuk berperan dalam memberikan solusi pendidikan bagi anak-anak yang tidak bersekolah.
Dalam pemaparannya, Puji menampilkan sebuah grafik yang menguraikan penyebab anak-anak putus sekolah, mulai dari tingkat Nagari hingga tingkat Nasional.
Data grafik tersebut mengungkap beberapa faktor penyebab utama, termasuk aspek sosial, budaya, pendidikan orang tua, pergaulan, serta faktor ekonomi.
“Sebanyak 66 lembaga penelitian telah mengkaji penyebab Anak Tidak Sekolah (ATS), dan semua hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor ekonomi adalah penyebab nomor satu anak-anak putus sekolah,” ungkap Puji yang dikenal ramah ini.“Penyebab kedua adalah rendahnya minat dan motivasi siswa terhadap pendidikan, sementara faktor ketiga adalah lingkungan pergaulan yang buruk,” tambahnya.
Lebih jauh, Puji mengungkapkan bahwa data terbaru menunjukkan angka anak putus sekolah di Kabupaten Sijunjung mencakup 461 siswa di tingkat SD, 664 siswa di SMP, dan 670 siswa di SMA dan SMK.
Ia menekankan bahwa kondisi ini memerlukan perhatian lebih dari seluruh pihak, khususnya dari PKBM sebagai penyedia pendidikan non-formal.
“Kita tidak perlu lagi mencari-cari alasan. Segera jemput mereka dan masukkan ke dalam PKBM. Libatkan orang tua, tokoh masyarakat, Kepala Jorong, dan Wali Nagari agar bisa sama-sama membantu mereka melanjutkan pendidikan,” ujar Puji di hadapan 50 tutor dari 11 PKBM yang hadir dalam acara tersebut.
Editor : Herawati Elnur