KONGKRIT.COM - Siswa-siswi Taman Kanak-Kanak (TK) Islam Khaira Ummah, Kelurahan Koto Panjang Ikur Koto, Kecamatan Koto Tangah, terlihat panik dan berlari keluar dari ruangan saat simulasi gempa berlangsung.
Ketakutan dan kecemasan tampak jelas di wajah mereka ketika sirene tanda bahaya berbunyi.
Sesuai dengan skenario simulasi, para siswa segera berlindung di bawah meja sebagai langkah pertama dalam menghadapi ancaman bencana alam.
Setelah itu, mereka dengan cepat bergerak menuju titik kumpul yang telah ditentukan. Simulasi ini merupakan bagian dari persiapan menghadapi potensi bencana gempa megathrust Mentawai serta penguatan kesiapsiagaan bencana di daerah tersebut.
Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Padang, Robert Candra Eka Putra, menjelaskan bahwa isu megathrust bukanlah hal baru dan sudah menjadi perhatian sejak lama.
"Dalam sejarah, Kota Padang pernah diguncang gempa besar. Hal ini mengingatkan kita akan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana," ujarnya pada Kamis, 19 September 2024.Robert menambahkan, pasca gempa besar pada tahun 2009, isu megathrust semakin berkembang, terutama dengan kemajuan teknologi yang membuat informasi lebih mudah diakses. Meski demikian, hal ini sering kali memicu kepanikan di kalangan masyarakat.
"Megathrust sebenarnya menjadi informasi penting untuk meningkatkan kesiapan kita dalam menghadapi bencana. Melalui simulasi ini, kita melakukan langkah preventif agar masyarakat, terutama anak-anak, siap menghadapi situasi darurat," jelas Robert.
Dia juga menjelaskan bahwa tanda-tanda awal datangnya tsunami bisa dikenali, seperti gempa berkekuatan besar dengan durasi lebih dari 30 detik, tanda alam seperti pohon yang tumbang, bangunan runtuh, atau perilaku hewan yang berubah tidak seperti biasanya.
Sirene di sekitar pesisir pantai juga akan berbunyi sebagai peringatan dini.
Editor : MH 006
