Jika PKS akhirnya memilih bergabung dengan KIM, maka Anies Baswedan harus menghadapi kemungkinan bahwa dukungan utama untuknya akan hilang.
Pengamat politik, Firman Noor dari Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), menilai bahwa Anies Baswedan masih memiliki legacy politik yang kuat, tetapi tanpa dukungan politik yang solid, peluangnya untuk maju menjadi semakin tipis.
Selain itu, Adi Prayitno dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta menilai bahwa jika PKS beralih dukungan, Anies kemungkinan besar tidak akan mampu bersaing dalam Pilkada Jakarta.
Terlebih lagi, partai-partai lain seperti PDI-P, Nasdem, dan PKB tampaknya juga belum menunjukkan minat yang signifikan untuk mendukung Anies.
Sementara itu, pernyataan terbaru dari Sekretaris Jenderal PDI-P, Hasto Kristiyanto, menunjukkan bahwa partai tersebut masih mempertimbangkan berbagai opsi untuk Pilkada Jakarta. Namun, keputusan akhir mengenai calon yang akan diusung masih belum dapat dipastikan.Dalam konteks ini, Anies Baswedan dan timnya harus menavigasi dinamika politik yang kompleks. Juru bicara Anies, Angga Putra Fidrian, menyatakan bahwa meskipun ada perubahan dinamika, Anies tetap berkomitmen untuk maju dalam Pilkada Jakarta dengan dukungan partai-partai politik yang ada. Namun, batas waktu pendaftaran calon independen sudah lewat, sehingga jalur ini tidak lagi menjadi opsi bagi Anies.
Dengan segala ketidakpastian yang ada, masa depan Anies Baswedan di Pilkada Jakarta 2024 akan sangat bergantung pada keputusan akhir dari PKS dan partai-partai politik lainnya menjelang tenggat waktu pendaftaran calon.
Editor : FiyumeSumber : BBC News
