Pada suatu hari, di Pasar Kumanis, Haji Muin bertanya kepada Tik Wan mengapa ayahnya tidak lagi terlihat di pasar.
Setelah mengetahui kondisi ayahnya, Haji Muin memutuskan untuk mengunjungi rumah mereka di Simpang Jalan Padat Karya, dekat lapangan bola.
"Nanti saya akan datang ke rumahmu," ujar Haji Muin saat itu.
Ketika akhirnya Haji Muin datang, ia meminta Tik Wan memanggil ayahnya yang sedang berada di ladang dekat rumah.
Setelah bertemu, Haji Muin memeluk erat ayah Tik Wan sambil menangis tersedu-sedu, merasa bersalah karena mengira bahwa dirinya adalah penyebab Malin Jonioh tidak bisa lagi berdagang di pasar.
"Maafkan saya," ucap Haji Muin dengan penuh penyesalan.
Setelah suasana agak tenang, Haji Muin mengeluarkan dua ikat uang kertas yang nilainya setara dengan dua ekor kerbau besar."Pakailah uang ini untuk membeli ternak dan mulai berdagang lagi. Jika ternakmu tidak terjual, jangan khawatir, saya yang akan membelinya," kenang Tik Wan dengan mata berkaca-kaca.
Tidak hanya kedermawanannya, Haji Muin juga dikenal sebagai seseorang yang sangat taat dalam beribadah.
"Satu hal yang saya ingat tentang Haji Muin adalah dia tidak pernah terlambat sholat. Biasanya, dia sudah duduk di masjid atau mushola sebelum adzan berkumandang," ujar Tik Wan menutup ceritanya.
Editor : Herawati Elnur
