Jejak Abadi Marah Rusli: Penulis Siti Nurbaya Kini Diabadikan sebagai Nama Jalan

×

Jejak Abadi Marah Rusli: Penulis Siti Nurbaya Kini Diabadikan sebagai Nama Jalan

Bagikan berita
Jejak Abadi Marah Rusli Penulis Siti Nurbaya Kini Diabadikan sebagai Nama Jalan
Jejak Abadi Marah Rusli Penulis Siti Nurbaya Kini Diabadikan sebagai Nama Jalan

Salah satu karya Marah Rusli yang terkenal adalah "Siti Nurbaya", yang diilhami oleh pengalaman pribadinya.

Pada tahun 1911, ketika masih bersekolah di Bogor, Marah Rusli menikahi seorang gadis Sunda kelahiran Bogor, Nyai Raden Ratna Kencana Wati, tanpa sepengetahuan keluarganya.

Ketika orang tuanya mengetahui pernikahan tersebut, mereka memintanya kembali ke Padang dan menikah dengan wanita Minang pilihan mereka.

Setelah pernikahan tersebut, Marah Rusli langsung menjatuhkan talak tiga dan meninggalkan Padang, membuat orang tuanya marah.

Di Jawa, Marah Rusli kembali menekuni profesinya sebagai dokter hewan. Ia pernah menjabat sebagai Kepala Perhewanan di Bima, Sumbawa Besar pada tahun 1916, kemudian pindah ke Bandung pada tahun 1918 sebagai Kepala Peternakan Hewan Kecil, dan pindah lagi ke Blitar sebagai Kepala Perhewanan Daerah.

Pada tahun 1920, ia kembali ke Bogor sebagai Asisten Leraar (dosen) di Sekolah Kedokteran Hewan, tempat ia kuliah dulu.

Kemudian pada tahun 1921, ia menjadi Dokter Hewan di Jakarta, kemudian pindah ke Balige, Tapanuli, Sumatera Utara pada tahun 1925, dan meneruskan karirnya sambil menulis hingga pasca-kemerdekaan.

Selain "Siti Nurbaya", karya-karya Marah Rusli yang signifikan termasuk "La Hami", "Anak dan Kemenakan", "Memang Jodoh", dan "Tesna Zahera". Ia juga menerjemahkan novel Charles Dickens, "Gadis yang Malang".

Marah Rusli meninggal dunia di Bandung pada 17 Januari 1968, pada usia 79 tahun. Dari pernikahannya dengan Nyai Raden Ratna Kencana Wati, ia dikaruniai tiga anak: Safhan Roesli, Roeshan Roesli, dan Nani Roesli.

Tokoh fiksi yang diciptakan Marah Rusli, Siti Nurbaya, telah menjadi legenda abadi. Di Padang, banyak orang percaya bahwa Siti Nurbaya bukan sekadar tokoh rekaan, dan berusaha mencari bukti dengan mempercayai bahwa sebuah makam keramat di antara batu karang di bukit Gunung Padang adalah tempat peristirahatan terakhir Siti Nurbaya.

Editor : Herawati Elnur
Bagikan

Berita Terkait
Terkini