KONGKRIT.COM - Nama Azwar mungkin belum familiar bagi sebagian besar masyarakat Kota Pariaman, tetapi bagi penduduk nagari pasa, Azwar adalah sosok yang dikenal baik.
Pria berusia 57 tahun ini merupakan anak tabuik yang menetap di Jalan Tabuik, Kelurahan Pasir, Kecamatan Pariaman Tengah.
Sejak tahun 2007, Azwar telah terlibat secara mendalam dalam pembuatan tabuik budaya Piaman. Kemampuannya dalam menciptakan tabuik membuatnya dipercaya oleh warga nagari pasa untuk mengerjakan tabuik yang menjadi bagian integral dari budaya mereka.
"Saya sudah tertarik membuat tabuik sejak tahun 1982 hingga 2006. Selama masa kepemimpinan Bupati Anas Malik, saya berperan sebagai tukang gandang tasa di setiap prosesi tabuik hingga tabuik dibuang di pantai," ungkap Azwar.
Selama bertahun-tahun, Azwar tidak hanya menjadi tukang gandang tasa, tetapi juga mempelajari dengan teliti setiap detail proses pembuatan tabuik.
Ia mulai mempraktikkan ilmu tersebut dengan membuat tabuik kecil yang dikenal sebagai tabuik lenong.Ketekunan dan dedikasinya akhirnya membuahkan hasil, menjadikannya ahli dalam pembuatan tabuik yang memiliki nilai tinggi, serta dipercaya untuk mengerjakan tabuik pasa hingga kini.
"Alhamdulillah, hingga sekarang saya masih dipercaya untuk membuat tabuik pasa. Saya melibatkan keluarga dalam setiap prosesnya, termasuk kakak, adik, anak, menantu, dan keponakan. Mereka semua telah dilatih dalam pembuatan tabuik, yang juga menambah penghasilan keluarga," jelas Azwar.
Azwar menjelaskan bahwa proses pembuatan tabuik memakan waktu sekitar 15 hari. Pengerjaan dimulai lima hari sebelum tanggal 1 Muharram dan harus selesai satu hari sebelum tabuik dihoyak.
"Saya berharap kepada ketua nagari pasa, pemerintah kota Pariaman, dan instansi terkait, agar dalam proses pembuatan tabuik diadakan acara kesenian tradisional atau lomba. Hal ini dapat menarik pengunjung untuk melihat proses pembuatan tabuik di rumah tabuik pasa dan rumah tabuik subarang. Acara seperti ini akan memberikan semangat tambahan bagi kami dalam menyelesaikan pembuatan tabuik," pungkasnya.
Editor : Herawati Elnur