"Waktu pulang kami melewati jalan yang berbeda yaitu jalan tengah. Menuju Pinang Baririk, terus ke Batu Mandi, lanjut ke Bukik Kawin dan sampai di Simpang Ampek, Nagari Tambuo. Dari Tambuo ini sudah dekat ke Pekan Kamis, tempat tinggal saya," tambah Datuk lagi.
Lebih lanjut Datuk menceritakan liburan sekolah berikutnya dia dan kawan-kawan (Punih, Audi, Haris, Edi Pakuih) pergi bersepeda ke Kamang Hilir. Terus menelusuri beberapa Nagari yang akhirnya sampai di Sungai Janiah, Baso, belok kanan tiba di Kapau dan berakhir di Aur, dekat Pekan Kamis.
Bisa memiliki sepeda walaupun berasal dari barang ronsokan dan dapat pergi berkeliling kemana-mana adalah merupakan nikmat tuhan yang tak ternilai bagi Epi, Alhamdulilah bisa bergembira di masa liburan.
"Pada hari sekolah, saya tetap seperti biasa. Memancing belut tanpa henti setiap sepulang sekolah. Tidur di gudang barang Nyiak Pakuih. Kadang-kadang gudang itu penuh sesak oleh barang dagangan Nyiak Pakuih tersebut, Terpaksa tidur diatas karung kentang yang disusun serapi mungkin", ujar Datuk
"Dikala Hari Raya datang bercampurlah rasa gembira dan sedih. Gembira karena bisa makan enak diundang oleh kawan-kawan tetangga, yang berkumpung asli disitu,
Lauk bertukar, tidak belut berganti belut saja setiap hari. Ada rendang, goreng ikan dan Kalio ayam lado hijau.Sayur mayur pun lengkap. Maklum Hari Raya.
Sedih dikala takbir berkumandang, Teringat ibu dan ayah, Adik-adik entah dimana. Kawan-kawan sehabis sholat Id pulang ke rumah bertemu dengan Amak/Biyai dan Ayah. Dan adik-adik atau kakak-kakak mereka. Saya pulang ke gudang Nyiak Pakuih, Tak seorang pun menyambut kedatangan saya. Tidak ada orang untuk disalami," demikian cerita Sang Datuk kepada Awak media Kongkrit.com.
(Bersambung....)
Editor : Herawati Elnur