Ia juga membantah pernyataan Kapolda Sumbar yang mengatakan bahwa proses pengamanan tersebut sesuai dengan prosedur.
Indira menyatakan bahwa pihaknya tidak yakin bahwa Afif Maulana melompat ke bawah Jembatan Kuranji karena lukanya pasti lebih parah jika itu benar terjadi.
"Saya sudah datang ke TKP kemarin. Dari hasil pengamatan saya, air di tempat ditemukannya mayat Afif Maulana hanya selutut. Kalau memang lompat dari situ, kondisinya pasti lebih parah lagi," terangnya, seperti dikutip dari jawapos.com
Indira mengatakan bahwa LBH Padang juga meminta hasil otopsi Afif Maulana kepada Polda Sumbar.
Jika hasilnya meragukan, mereka akan mencari ahli-ahli forensik lainnya untuk mengungkap kebenaran terkait kematian korban.
Permintaan Keluarga untuk Otopsi Ulang
"Kami merasa bahwa melaporkan ke polisi, yang juga rekan dari oknum polisi yang terlibat, membuat independensi hasilnya diragukan," katanya. "Jika Polda tidak mau memberikan hasil otopsi, kami dengan sukarela mencari solidaritas dokter-dokter forensik untuk membongkar kembali makam Afif Maulana dan menentukan apa yang sebenarnya terjadi," tambahnya, melalui jawapos.com
Menurut Indira, dalam kasus ini terlihat adanya lebam yang mencurigakan.Ia tidak percaya bahwa lebam tersebut adalah lebam mayat karena berdasarkan diskusinya dengan dokter, lebam mayat biasanya muncul 3x24 jam setelah kematian, bukan 7 sampai 8 jam.
Sementara itu, ibu kandung Afif Maulana, Anggung (32), mengaku belum mendapatkan hasil otopsi dari kepolisian sejak Afif dinyatakan meninggal dunia pada 9 Juni hingga saat ini.
"Kami memohon kepada Bapak Kapolri dan Bapak Kapolda untuk mengusut tuntas kematian anak kami," ungkapnya. Ayah kandung Afif Maulana, Afinaldi (36), mengatakan bahwa demi mendapatkan keadilan, mereka bersedia makam anaknya dibongkar.
Editor : FiyumeSumber : Tribunnews.com, Jawapos.com