Tiga Tahun Bergelimang Belut (Sambungan 3)

×

Tiga Tahun Bergelimang Belut (Sambungan 3)

Bagikan berita
Wakil Ketua Umum LKAAM Sumbar, H. Epi Radisman Dt. Paduko Alam SH
Wakil Ketua Umum LKAAM Sumbar, H. Epi Radisman Dt. Paduko Alam SH

KONGKRIT.COM - Mari kita lanjutkan kisah menyentuh dari seorang anak kampung di Nagari Manganti, Kecamatan Sumpur Kudus, Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat.

Bocah kurus berusia 12 tahun ini belum pernah melihat mobil, belum pernah naik bendi, karena ia belum pernah keluar dari kampungnya yang terpencil.

Pada tahun 1974, dengan bekal 6 liter beras dan uang empat ratus rupiah, Epi melangkah tanpa alas kaki menuju Tanjung Ampalu dengan tujuan melanjutkan pendidikan di SMPN Tanjung Ampalu.

Namun, karena kurangnya pengalaman dan pengetahuan, Epi terdampar di Pekan Kamis, Kecamatan Tilatang Kamang, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat. Di sana, ia bersekolah di SMPN Pekan Kamis.

Setelah ayah Epi, Radisman Muhammad Jati Malako Kayo, gagal menemukan anaknya di SMPN Tanjung Ampalu, kita kembali menelusuri kehidupan Epi di Pekan Kamis, Tilatang Kamang.

Keahliannya dalam menangkap belut semakin meningkat, begitu juga dengan daerah memancingnya yang semakin luas.

Epi bahkan menguasai keahlian baru, yaitu menangkap ikan Pawe dengan tangan di Sungai Batang Agam, sebuah sungai kecil yang mengalir dari Aur Tajungkang ke Pekan Kamis, kemudian ke Kamang, dan berbelok ke Baso.

"Menangkap ikan Pawe tidak bisa sendiri. Saya pergi dengan seorang teman, Audi Morfi, anak Pak Dansek (Kapolsek) Tilatang Kamang. Kami berdua mengepung ikan Pawe dan menangkapnya setelah terdesak ke tebing sungai yang tiada berbatu. Ikan-ikan yang kami dapat cukup besar, ada yang melebihi setengah kilogram beratnya. Jumlahnya juga cukup banyak. Kami menjual ikan tersebut tanpa mematok harga. Untungnya, pembeli membayar dengan harga di atas standar, sehingga uang saya makin bertambah," cerita Epi.

Epi juga mengisahkan bahwa status sosialnya di kelas belum berubah. Ia masih dianggap sebagai murid kelas bawah, duduk di sudut kanan paling belakang.

Satu bangku di sebelah kanannya dan satu di depannya selalu kosong karena dijauhi teman-temannya. Alasannya: bau belut. Meskipun nilai rapornya sudah berangsur membaik, dalam pergaulan ia tetap dijauhi.

Editor : Herawati Elnur
Bagikan

Berita Terkait
Terkini