Tim Inisiator PDRI 1949 Sumpur Kudus: Sepucuk Surat untuk Presiden Republik Indonesia

×

Tim Inisiator PDRI 1949 Sumpur Kudus: Sepucuk Surat untuk Presiden Republik Indonesia

Bagikan berita
Tim Inisiator PDRI 1949 Sumpur Kudus Sepucuk Surat untuk Presiden Republik Indonesia
Tim Inisiator PDRI 1949 Sumpur Kudus Sepucuk Surat untuk Presiden Republik Indonesia

KONGKRIT.COM - Salah seorang anggota Tim Inisiator Wilayah Perjuangan Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) 1949 Dalam Kecamatan Sumpur Kudus dan Sekitarnya, H. Epi Radisman Dt. Paduko Alam, SH menyampaikan dalam Rapat Tim Inisiator bahwa mereka mengharapkan perhatian khusus dari Pemerintah Republik Indonesia terhadap wilayah tersebut.

Diketahui, Sumpur Kudus pernah menjadi basis perjuangan PDRI yang dipimpin oleh Mr. Syafruddin Perwira Negara pada tahun 1948-1949 silam.

Hal itu disampaikan oleh Datuk Paduko Alam, panggilan kebesaran adatnya, dihadapan forum Rapat Tim di ruangan Edotel Manganti SMKN 8 Sijunjung, pada Rabu 11 Juni 2024 di Nagari Manganti, Kecamatan Sumpur Kudus, Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat.

Lebih lanjut, Datuk Paduko Alam menekankan bahwa Sumpur Kudus pernah menjadi tempat yang sangat penting bagi kelangsungan hidup Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tahun 1948-1949.

"Sumpur Kudus pernah menjadi Ibukota Republik Indonesia, meski hanya beberapa hari, namun sangat menentukan kelanjutan Indonesia," ujarnya.

Sesaat sebelum Presiden Soekarno dan Wakil Presiden M. Hatta ditangkap di istana Yogyakarta pada tanggal 19 Desember 1948 dan diasingkan ke Malaka, Mr. Syafruddin Prawiranegara yang berada di Bukittinggi mendapat mandat dari Soekarno-Hatta melalui telegramnya untuk membentuk Pemerintahan Darurat.

Saat Soekarno dan Hatta ditawan, Belanda menyatakan bahwa Indonesia sudah tidak merdeka lagi.

Namun, pernyataan ini dibantah oleh Mr. Syafruddin Prawiranegara berdasarkan hasil Musyawarah Besar Pemerintahan Darurat Republik Indonesia pada 14-17 Mei 1949 di rumah kediaman Wali Perang Hasan Basri Silantai.

Hasil musyawarah tersebut disiarkan langsung melalui radio YBJ-6 di Surau Tanah Runtuah di Nagari Tamparungo pada 17 Mei 1949 pukul 19.00 malam.

"Lebih baik melanjutkan perjuangan daripada taat dan patuh pada Perjanjian Roem-Royen. Indonesia masih ada, Indonesia masih merdeka," ujar Mr. Syafruddin Prawiranegara, seperti yang diingat oleh Datuk Paduko Alam dengan mata berkaca-kaca.

Editor : Herawati Elnur
Bagikan

Berita Terkait
Terkini