Tiga Tahun Bergelimang Belut : (Sambungan 2)

×

Tiga Tahun Bergelimang Belut : (Sambungan 2)

Bagikan berita
H Epi Radisman Dt Paduko Alam SH
H Epi Radisman Dt Paduko Alam SH

KONGKRIT.COM - Pembaca media Kongkrit.com yang baik hati: Mari kita lanjutkan kisah perjuangan hidup H Epi Radisman Dt Paduko Alam SH dalam menuntut ilmu.

Setelah mendapatkan 13 angka merah di buku rapornya penderitaan sang Datuk yang panggilan kecilnya "Epi" tersebut, makin bertambah.

Ayah angkatnya Inyiak Pakuih dan Rahman Ali menjadi marah. "Baa caro no Goh, merah miang sadano isi rapor waang, Kok sabanyak tu bana merah ang, ndak nak sikolah namonyo ang tu do," (Jika sebanyak itu angka merah di rapormu itu tandanya kamu tidak ingin bersekolah)," Sentil Inyiak Pakuih berdua dengan Rahman Ali secara bergantian.

Ungkapan kesal mereka tidak dijawab dengan kata-kata oleh Epi. Namun, di respon dengan perilakunya sehari-hari. Dia terlihat semakin rajin belajar. Bahasa lokal masyarakat Pakan Kamis semakin dikuasainya.Begitu juga dengan bahasa guru di sekolah.

Kepiawaiannya dalam memancing belut makin bertambah. Dia (Epi ) kini sudah tahu dimana belut yang banyak, diantaranya adalah diseputaran onggokan jerami dan tumpukan sekan di belakang huller yang menjorok ke dalam sawah. Hasil tangkapannya semakin hari semakin meningkat dan merata, Otomatis uang hasil penjualan belutnya terus bertambah.

Di sekolah, dalam ruangan kelas Epi menyadari dan selalu duduk di sudut paling belakang bagian kiri, Satu bangku di sebelah kanannya kosong dan Satu bangku lagi di sebelah depannya juga kosong.

Teman-temannya sekelas selalu menjaga jarak karena bau badannya (Epi) anyir seperti baunya belut. Maklum mandinya hanya dengan sabun cuci kain yakni sabun Cap Tombak. Tak mampu menghalau bau amis badan yang bergelimang belut.

Seiring dengan perjalanan waktu musim terima rapor kedua pun datang. Perjuangan Epi mulai menampakkan hasil. Dari 16 mata pelajaran yang ada, hanya 3 yang angka merah dan 13 lainnya sudah menghijau. Hatinya mulai bahagia. Begitu juga kedua orang tua asuhnya yakni Inyiak Pakuih dan Rahman Ali, sudah tak memarahi lagi.

Hari-hari berikutnya Epi bertambah rajin belajar. Juga bertambah rajin memancing belut. Tidur di gudang barang harian Inyiak Pakuih berbantalkan goni barang dinikmatinya dengan rasa syukur. Dinding berlobang -lobang yang dilalui angin tidak dihiraukan.

Meski kadang kala dia tidak mampu menahan tangis.Ingin bertemu dengan amak dan ayah. Juga rindu dengan adik-adik. Kangen dengan kerbau-kerbaunya yang patuh di kampung.

Editor : Herawati Elnur
Bagikan

Berita Terkait
Terkini