KONGKRIT.COM - Tiga tahun lamanya saya hidup dengan belut, Tiap hari mencari belut di sepanjang sawah penduduk seputaran Pekan Kamis.
Dari hasil penjualan belut itulah saya beli kebutuhan sehari-hari sampai saya tamat SMPN Tilkam di Pekan Kamis, Nagari Koto Tangah Kecamatan Tilatang Kamang, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat.
Hal itu disampaikan oleh Pak Datuak panggilan akrabnya kepada awak media Kongkrit.com di Kantornya PKBM Maju Bersama di Nagari Muaro, Kecamatan Sijunjung, Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat, Sabtu 1 Juni 2024.
Lebih lanjut Sang Datuak mengutarakan bahwa keinginannya untuk menyambung sekolah ke SMP sangatlah tinggi.
Sayangnya sekolah tingkat SLTP di sekitar kampungnya tidak ada waktu itu. SMP yang terdekat yaitu di Tanjung Ampalu Kec Koto VII. Jaraknya sekitar 31 km dari kampungnya Manganti, Kecamatan Sumpur Kudus. Dan dia belum pernah ke sana.
"Di suatu hari saya sampaikanlah niat saya itu kepada ayah. Tetapi malangnya ayah menolak mentah-mentah. "Untuk apa Kau menyambung sekolah ke SMP itu. Tidak akan jadi Camat kamu nantinya", jawabnya. Saya tidak sakit hati. Maklum ayah tidak tamat SD.
Kemudian saya coba meminta izin kepada ibu. Ibu sangat setuju dengan saya. Mungkin karena beliau sudah mengeyam pendidikan setingkat SMP yaitu di SKKP Batu Sangkar. Dan beliau sangat paham tentang pentingnya pendidikan.Keesokan harinya tepatnya hari Minggu, ibu menyiapkan perbekalan untuk saya. Sebungkus nasi, enam liter beras dan uang sebanyak empat ratus Rupiah. Itu Bulan Januari 1975. Beras digulung dengan kain sarung, kemudian disandang di punggung bagaikan ransel.
Dan uang saya simpan dalam saku celana pendek (sarawa pentalun).
Dengan semangat berkobar-kobar saya melangkah tegap menuju Nagari Sisawah. Bejalan kaki dengan tanpa alas telapak kaki bersama toke karet, Pak Sahir. Perjalanan yang berjarak empat belas kilo meter itu kami tempuh selama 5 jam.
Editor : Herawati Elnur