Rumah Garim di Tanjung Gadang Akan Dibongkar, Mengundang Kenangan Manis Seorang Guru

×

Rumah Garim di Tanjung Gadang Akan Dibongkar, Mengundang Kenangan Manis Seorang Guru

Bagikan berita
Rumah Garim di Tanjung Gadang Akan Dibongkar, Mengundang Kenangan Manis Seorang Guru
Rumah Garim di Tanjung Gadang Akan Dibongkar, Mengundang Kenangan Manis Seorang Guru

KONGKRIT.COM - Pengurus Masjid Taqwa, Pangulu, mengumumkan bahwa rumah garim di Nagari Tanjung Gadang, Kecamatan Tanjung Gadang, Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat, akan segera dibongkar.

Keputusan ini diambil karena rumah tersebut sudah tidak berfungsi lagi dan telah digantikan dengan bangunan yang lebih baik.

Pangulu menyampaikan informasi ini kepada awak media Kongkrit.com di Masjid Taqwa, Jorong Koto Ranah pada Senin, 5 Mei 2024. Ia juga memberikan izin kepada awak media untuk mengambil foto rumah garim tersebut sebelum dibongkar.

Setelah mengambil foto rumah tua tersebut, awak media mengirimnya kepada sahabat karibnya, Tamarson, seorang guru di SMPN 1 Rupat, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau, yang pernah tinggal di rumah tersebut.

Tamarson, yang tinggal di rumah garim tersebut selama lima semester saat menjalani pendidikan di SMPN Tanjung Gadang dari tahun 1981 hingga 1983, terharu melihat foto bangunan tersebut.

"Saya tak kuasa menahan air mata, Uda. Teringat kisah pilu waktu melalui pendidikan di SMPN Tanjung Gadang dari tahun 1981 sampai dengan 1983. Saya tinggal di sini selama lima semester. Banyak kisah yang sulit dilupakan," ucap Tamarson dengan lirih.

Tamarson menceritakan bahwa dia tinggal di rumah garim tersebut bersama tetangganya, Pak Mukhtar, yang hidup dengan meminta sedekah ke rumah-rumah penduduk di Nagari Tanjung Gadang. Tugas utama mereka adalah menjaga kebersihan Masjid dan Kantor Balai Akad Nikah.

"Setiap hari Rabu dan Kamis, saya mengisi dua bak air dengan volume masing-masing 2x2x1 meter. Bak tersebut berada di kiri dan kanan pintu masuk Masjid dan digunakan untuk mencuci kaki jemaah sebelum memasuki Masjid. Saya mengangkut air dari sungai Batang Kulampi yang berjarak sekitar 100 meter dari Masjid itu. Saya melakukannya setelah pulang sekolah meskipun pada saat itu berat badan saya hanya 22,5 kg. Mengangkut air untuk mengisi bak berukuran 8 kubik bukanlah hal yang mudah," cerita Tamarson.

Tamarson juga menceritakan tentang pengalamannya tidur di atas peti kayu selama dua tahun enam bulan. Peti kayu tersebut tidak dilapisi alas dan digunakan sebagai tempat tidur.

"Setiap hari Sabtu sore, saya membantu seorang pedagang bahan kebutuhan dapur, Pak Sakir. Saya membantunya mengemas sisa dagangannya ke dalam karung. Kadang-kadang, dia memberi saya kepala ikan teri sebagai imbalan. Saya memasak kepala ikan teri tersebut untuk dijadikan lauk. Saya memasaknya dengan cara memasukkan kepala ikan teri ke dalam air mendidih tanpa tambahan garam atau bawang. Saya hanya menggunakan cabe rawit yang tumbuh liar di sekitar Masjid Taqwa sebagai bumbu," jelas Tamarson.

Editor : Herawati Elnur
Bagikan

Berita Terkait
Terkini