Sape, Harmoni Spiritual dalam Alunan Musik Tradisional Warga Dayak yang diajarkan Oleh Para Dewa Purba

×

Sape, Harmoni Spiritual dalam Alunan Musik Tradisional Warga Dayak yang diajarkan Oleh Para Dewa Purba

Bagikan berita
Sape, Harmoni Spiritual dalam Alunan Musik Tradisional Warga Dayak yang diajarkan Oleh Para Dewa. (Foto : Dok. Istimewa)
Sape, Harmoni Spiritual dalam Alunan Musik Tradisional Warga Dayak yang diajarkan Oleh Para Dewa. (Foto : Dok. Istimewa)

Makna Bunyi Sape: Merangkul Alam dan Spiritualitas

Bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh sape tidak semata-mata adalah hasil dari instrumen musik.

Mereka didasarkan pada suara alam, seiring dengan kehidupan masyarakat Dayak yang dekat, berinteraksi, dan memuja alam.

Bunyi sape menjadi pengantar kata-kata dalam doa, menciptakan suasana sakral yang mendalam.

Sape dalam wilayah sakral hanya boleh dimainkan oleh kasta Hipi, yaitu para keturunan raja atau ketua adat.

Namun, struktur kasta ini mulai meredup sejak tahun 1970-an. Saat ini, sape lebih dipandang sebagai alat musik yang merangkul semangat egalitarianisme.

Eksistensi Sape: Simbol Sederajat dan Kesetaraan

Meskipun pada awalnya sape terkait dengan sistem kasta, terutama dimainkan oleh kasta Hipi, sape sebenarnya memiliki simbolisme kesetaraan.

Misalnya, motif pada badan sape yang menggambarkan semak belukar menjalar melambangkan bahwa setiap manusia hidup sederajat dan dituntut untuk selalu melihat ke bawah.

Pada acara Dange dan dalam praktik sehari-hari, semua orang, tanpa memandang suku atau agama, dipersilahkan untuk datang dan menyatu dalam kesetaraan.

Pemain sape, terutama kasta Hipi, memperlakukan alat musik itu dengan penuh kelembutan, seolah-olah menimang bayi.

Bunyi sape yang dimainkan dengan tempo lambat dan repetitif tidak hanya menciptakan harmoni musik tetapi juga menyuntikkan ketenangan batin.

Editor : Fiyume
Sumber : goodnewsfromindonesia.id
Bagikan

Berita Terkait
Terkini