KONGKRIT.COM -Dalam sejarah kain tradisional Indonesia, lurik memiliki tempat istimewa sebagai pakaian khas masyarakat pedesaan suku bangsa Jawa.
Namun, bagaimana kisah para perajin lurik di Pedan, Klaten, Jawa Tengah, menghadapi tantangan zaman yang terus berubah?
Perkembangan dan Tantangan di Era 1960-an
Pada puncak kejayaannya di tahun 1960-an, Pedan menjadi pusat produksi lurik di Jawa Tengah, dengan dukungan koperasi di setiap kecamatan.
Pengusaha lurik Klaten melibatkan 500 orang perajin dengan 70.000 buruh.
Namun, seperti industri lainnya, lurik juga merasakan tekanan dari munculnya pabrik tekstil dan konglomerasi saat Orde Baru berkuasa.
Pengusaha lurik, seperti Raden Rachmad, mengakui bahwa margin keuntungan menurun drastis.Menghadapi Perubahan
Namun, di tengah gempuran zaman, ada perajin lurik yang bertahan, seperti Raden Rachmad dari Toko Sumber Sandang.
Meskipun menghadapi kendala, Rachmad masih menerima pesanan internasional.
Meski demikian, semangatnya tidak selalu diikuti oleh karyawan yang kebanyakan berusia lanjut.
Kreativitas Sebagai Kunci Bertahan
Sebagian perajin, seperti Kurnia Lurik di Krapyak Wetan, Bantul, memilih untuk bertahan dengan meningkatkan kreativitas.
Editor : FiyumeSumber : goodnewsfromindonesia.id